Cerita dalam Fase Awal Belajar

fase awal bel aj ar a dal ah masa yang di l al ui sebel um anak memasuki f ase bel aj ar l anj ut an, sel epas
mereka dari usia balita hingga menjelang akhir masa kanak-kanak. Fase ini mencakup masa
pengasuhan, pendidikan di TK, SD, sampai anak memasuki SMP. Masa ini adalah masa
menj el ang usi a dewasa.
Anak mulai dapat mendengarkan cerita biasanya terjadi pada akhir usia tiga tahun. Pada usia ini anak
mampu mendengarkan dengan baik dan cermat cerita pendek yang sesuai untuknya.
Sebagi an cerita itu ada yang mengandung unsur- unsur negatif . Sekolah diharapkan bisa menyaring cerita-
cerita tradisional itu sehingga menjadi lebih bermanfaat bagi perkembangan anak.
Tingkat TK atau SD menjadi tempat pertama anak-anak memperoleh pendidikan dan menjadi dasar bagi
pendidikan yang lain. Di tempat ini anak lebih cepat mendapat pengaruh dan lebih mudah dibentuk
pribadinya. Dalam cerita terdapat ide, tujuan, imajinasi, bahasa, dan gaya bahasa. Unsur- unsur tersebut
berpengaruh dalam pembentukan pribadi anak. Penetapan pelajaran bercerita pada masa awal sekolah
dasar adalah bagian terpenting dari pendidikan
K etika anak berada pada tahun pertama TK dan SD , ia belum mampu membaca cerita sendiri dengan
baik dan benar. Sebagai gantinya maka tugas gurulah untukmenceritakannya. Usaha siswa untuk
menyampaikan kembali cerita yang telah didengarnya dri guru-atau menjawab soal yang diajukan
kepadanya-adalah latihan untuk mengungkapkan ide-idenya dengan bahasanya sendiri.
CERITA DALAM PENDIDIKAN
Seni adalah sumber dari rasa keindahan dan bagian dari pendidikan. Seni memberi pengaruh, baik
mengasah r asa dan akal . Seni yang di saj i kan unt uk anak-anak haruslah berbeda, baik kualitas, kuantitas,
gaya bahasa maupun met ode penyampaiannya dari orang dewasa.
D al am cer i t a,ada beberapa hal pokok yang masing-masing tidak bisa dipisahkan, yaituk arangan,
pengarang, penceritaan, pencerita atau pendongeng, dan penyimak an serta penyimak.
Dalam proses penceritaan ini, dibutuhkan adanya hal-hal yang mencakup posisi duduk
pencerita/ pendongeng dari pendengarnya, bahasa, suara, gerakan-gerakan, peragaan perist iwa-peristiwa,
dan suara yang melingkupi antara dirinya dan pendengarnya agar penceritaan menjadi baik. K arangan, pengarang, penceritaan, pencerita atau pendongeng, dan penyimakan serta penyimak adalah komponen pokok yang harus diperhatikan sehingga sebuah cerita layak disebut bagian dari sastra yang hidup dan
abadi.

Metode ini saya gunakan ketika saya mengajar anak SD di TPA yang berada di desa saya.

0 komentar:

Posting Komentar